Sunday, November 27, 2011

24 November 2011 part 2

Kota kedua yang ku kunjungi adalah Palembang
Kota yang akhir-akhir ini begitu terkenal karena menjadi tuan rumah SEA Games ke 26

Namun sayang, aku datang kesana 2 minggu sebelum pembukaan

Tapi saat itu atmosfer SEA Games nya sudah sangat terasa

Bendera-bendera negara kontestan SEA Games berkibar hampir di semua tempat
Pamflet dan spanduk tentang SEA Games pun memenuhi sudut-sudut kota
Gambar dua mascot SEA Games, Modo dan Modi, bisa kita jumpai dimana-mana

Saat itu aku kesana ditemani rekan kantor sekaligus salah satu "guru spiritual" ku, pak Hendri namanya

Guru spiritual? Ya, karena darinya aku banyak belajar memperdalam keislamanku

Aku sering diberinya buku-buku agama untuk ku baca, sering diajarinya cara-cara melaksanakan ibadah yang sesuai dengan sunnah Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wasallam, dan sering pula diberikannya tausiyah-tausiyah yang bersumber dari Al-Qur'an dan Hadits

Alhamdulillah aku sangat bersyukur bisa mengenalnya
Ku anggap itu sebagai jalan Allah agar aku bisa semakin menambah keimananku dan mendekatkan diriku kepada-Nya

Pak Hendri adalah putra asli Palembang, sehingga ketika urusan pekerjaan kami selesai, ia langsung pamit untuk menuju ke rumah orang tuanya

Aku pun sore itu memulai perjalanan sendiri menulusuri kota Palembang berbekal informasi dari internet dan bermodal nekad :)

Tempat yang menjadi tujuan pertamaku adalah Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin II atau biasa disebut Masjid Agung Palembang

Keluar dari hotel, ku lihat ada bapak-bapak pengayuh becak yang sedang beristirahat, duduk di bawah pohon yang rindang

Segera ku hampiri ia, lalu ku sebutkan tujuanku
Harga sepakat, ia pun mempersilahkan ku duduk dan langsung mengayuh becaknya menuju ke Masjid Agung

Ketika sampai di Masjid Agung, pemandangan pertama yang ku lihat adalah pelatarannya yang sungguh luas
Ada jalan setapak yang dibuat secara indah untuk menuju ke masjid

Ukuran masjid ini sangat besar, bahkan kabarnya dulu sempat menjadi masjid terbesar di Indonesia selama beberapa tahun

Desain arsitekturnya sangat unik, seperti memadukan unsur budaya lokal Palembang dengan nuansa China
Ini terlihat dari kubahnya yang berbentuk seperti kelenteng

Masjidnya sendiri terdiri dari beberapa bangunan, tidak menyatu seperti masjid-masjid besar di kota lain
Sehingga dari satu bangunan ke bangunan yang lain, ada semacam teras yang langsung beratap langit



















Karena sudah hampir memasuki waktu shalat Maghrib, segera aku berwudhu
Ku masuki bangunan masjid yang paling besar dan sholat dua raka'at menghormati Rumah Allah yang Agung

Selesai shalat, ku perhatikan sekelilingku
Sepi, hanya ada satu dan dua orang yang sedang duduk
Mengingat sudah dekatnya waktu shalat, aku jadi bertanya-tanya sendiri, apakah memang masjid ini selalu sepi seperti ini?

Ku perhatikan sekali lagi, ternyata tidak ada Mihrab di bangunan ini
Tempat khusus imam untuk shalat pun tidak ada
Shaf terdepan tidak berbeda sama sekali dengan shaf makmum

Karena mulai ragu, akupun memberanikan diri bertanya pada seorang bapak yang sedang duduk :
"Assalamu'alaikum.. Maaf Pak, sholat Maghribnya dimana ya?"
"Wa'alaikumsalam.. Oh, kalau sholat wajibnya disana (menunjuk ke bangunan kecil di luar). Disini hanya untuk sholat sunnah saja" jawabnya

Ternyata, justru bangunan kecil yang terletak di tengah itulah yang jadi tempat utama untuk shalat
Dan ketika ku masuki, memang benar, sudah banyak orang yang berkumpul disana, menunggu adzan dikumandangkan

Barulah terlihat arsitektur dan ukiran-ukiran khas Palembang menghiasi seluruh ruangan

Alhamdulillah, tercapai juga tujuanku untuk menunaikan shalat berjama'ah disana :)



















Setelah menunaikan sholat, aku pun bergegas menuju ke tujuan kedua : Jembatan Ampera
Jembatan yang menjadi ikon kota Palembang

Dari informasi yang ku peroleh di internet, katanya Jembatan Ampera letaknya tidak jauh dari Masjid Agung

Berhubung tidak tahu kemana kaki harus melangkah, ku tanyakan arah jembatan Ampera pada salah seorang petugas penitipan sandal

Aneh, ketika ku tanya, dia langsung berjalan menuju ke jalan raya
Karena kaget, segera ku ikuti dia
Ternyata...
Jembatan itu tepat di seberang Masjid Agung, sehingga petugas penitipan tadi ingin menunjukkan langsung padaku dimana letaknya. Hehe..

Tak lupa ku ucapkan terima kasih, lalu segera berjalan menuju ke seberang jalan

Wah, ternyata ketika malam tiba, Jembatan Ampera sangat indah, bertabur lampu-lampu yang berwarna warni

Aku teringat pesan ibuku : "rajin-rajinlah menabung" ( Eh salah, bukan yang ini. Hehehe.. )
Pesannya : "di dekat Jembatan Ampera, ada restaurant yang terkenal. Letaknya tepat di tepi sungai Musi, dan dari situ Jembatan Ampera akan terlihat sangat indah"

Sayang, ibuku lupa apa nama restaurantnya
Sehingga harus menggunakan alat bantu : "ask orang lewat" :)

Saat ada orang yang melintas, langsung ku tanyakan perihal restaurant tersebut
Alhamdulillah, ternyata namanya adalah Riverside Restaurant, dan letaknya tidak jauh, cukup berjalan kaki kira-kira 500 meter

Dan setelah berjalan kira-kira 300 meter, sampailah aku di tepi sungai musi

Wah, ternyata tepian sungai musi yang berdekatan dengan Jembatan Ampera, berfungsi sebagai alun-alun kota Palembang
Tempat itu sangat ramai dipadati warga Palembang, mayoritasnya remaja
Disana terdapat arena panjat dinding dan arena skate board yang cukup besar
Namun sayang, kebanyakan remaja yang kesana, tujuannya adalah pacaran. Hehe..

Dari situ pemandangan Jembatan Ampera sangat indah. Subhanallah..



















Restaurant yang ku tuju sudah terlihat
Aku pun segera kesana untuk makan malam
Ku pilih menu khas Palembang, Pindang Patin dan Pempek



















Selesai makan, ku putuskan untuk kembali ke Hotel, karena di depan Hotel ada satu objek menarik lainnya

Namanya "Air Mancur Kambang Iwak"
Menurut kamus bahasa Palembang, kambang itu artinya kolam, dan iwak itu artinya ikan
Jadi jika diartikan dalam bahasa indonesia : "Air Mancur Kolam Ikan"

Kolamnya sendiri cukup luas, namun karena malam ikannya tidak kelihatan
Ditengahnya terdapat air mancur indah yang diterangi lampu berwarna hijau dan kuning

















Selesailah jalan-jalanku pada hari itu, dan ketika hendak pulang, tidak lupa Pempek Candy menjadi oleh-oleh untuk dibawa ke Jakarta :)

P.S.
Melakukan semua perjalanan ini tentu saja memberiku rasa senang dan bahagia
Namun akan jadi sempurna andai bisa melewati setiap detiknya bersamamu, wahai wanita pemilik sebelah tulang rusukku :)

Thursday, November 24, 2011

24 November 2011 part 1

Assalamualaikum Wanita Pemilik Sebelah Tulang Rusukku,

Apa kabarmu saat ini?
Selalu ku harap engkau baik-baik saja dan berada dalam lindungan Allah Subhanahu Wa Ta'ala,
Sang Maha Pelindung yang terus menerus Mengurusi Setiap Makhluk-Nya

Maka janganlah kita lupa untuk bersyukur pada-Nya ketika memulai setiap hari-hari kita di dunia :)

Kali ini ingin ku ceritakan padamu, mengenai perjalanan ku mengunjungi dua kota di Sumatera

Yang pertama adalah Padang
Kota yang syarat dengan tradisi minangnya dan kota yang terkenal karena rumah makannya ada dimana-mana. Hehe..

Kota Padang sungguh indah, terletak ditepi samudera dan dilereng gunung-gunung besar yang menjulang
Barisan gunung-gunung itu kita kenal dengan nama Bukit Barisan

Ya, walaupun sebenarnya Bukit Barisan terhampar dari ujung utara pulau Sumatera (Aceh) sampai ujung selatan pulau Sumatera (Lampung), namun dari kota Padang barisan gunung-gunung itu terlihat begitu dekat, indah, dan gagah

Bangunan di kota ini sungguh unik
Hampir seluruh gedung maupun rumah disini memiliki atap yang menyerupai tanduk kerbau
Baik itu bandara, gedung perkantoran, gedung pemerintahan, pusat perbelanjaan, hotel, restaurant, dan rumah-rumah penduduk

Ketika aku berjalan mengelilingi kota, terlihat gedung-gedung ataupun rumah-rumah yang rusak
Ada yang rusak sebagian, ada yang rusak parah, tetapi ada juga yang tampak diratakan untuk dibangun ulang
Membuat ku teringat akan bencana yang pernah terjadi kota ini
Ya, tahun 2009 kota padang diguncang gempa hebat 7,6 Skala Richter

Ternyata sampai sekarang kota Padang masih berbenah
Kita do'akan semoga Padang akan kembali megah dan bisa lebih maju lagi di masa yang akan datang. Amin..

Saat aku disana, tempat yang bisa ku kunjungi tidak banyak, mengingat jadwal pekerjaanku yang padat
Tetapi Alhamdulillah, ada dua tujuan yang bisa terlaksana

Pertama, aku bisa melaksanakan Sholat Jum'at di salah satu Masjid terbesar di kota Padang, Masjid Nurul Iman
Masjid ini sangat luas, dan memiliki arsitektur yang cukup baik
Sayangnya sebagian besar bagian dalam Masjid ini masih dalam tahap renovasi akibat gempa tahun 2009
Sehingga sholat Jum'atnya dipindahkan ke ruang serba guna di lantai bawah
Tetapi tetap saja, masyarakat Padang yang mendatangi Masjid ini sangat ramai, sehingga suasana islaminya sangat terasa



















Tujuan kedua yang terlaksana adalah mengunjungi pantai Air Manis
Mungkin bagimu terdengar asing, tapi pasti tidak jika ku sebutkan apa yang membuat pantai ini terkenal
Ya, ini adalah pantai dimana terdapat Legenda Malin Kundang berikut peninggalan-peninggalannya

Aku tak tahu apa sebabnya disebut pantai Air Manis
Karena ketika kurasa airnya tetap sama, asin..

Tapi yang pasti, pasir di pantai ini cukup unik
Mungkin kita tahu Bali terkenal memiliki pantai yang pasirnya paling bagus, dan ku akui memang bagus, saat aku mencobanya sendiri disana
Tetapi setelah melihat pasir di pantai ini, aku langsung berubah pikiran

Di pantai Air Manis, pasirnya padat
Seperti tanah liat, tapi berbentuk pasir
Sehingga sepeda, motor, bahkan mobil bisa melaju dengan santainya diatas pasir, tanpa perlu merasa takut terperosok dan tidak bisa keluar
Bahkan jika mau, mobil bisa melaju di perairan yang dangkal
Subhanallah, benar-benar Allah Maha Pencipta




















Di ujung sebelah kiri pantai Air Manis, terdapat peninggalan Malin Kundang
Baik berupa bangkai kapalnya yang "katanya" berubah jadi batu, barang-barangnya, maupun batu Malin Kundangnya sendiri
Sayang, area ini tidak terpagari sama sekali
Sehingga banyak bagian-bagian peninggalannya yang rusak dan tidak berbentuk lagi


Ketika hendak pulang ke Jakarta, tidak lupa Kripik Balado Shirley menjadi oleh-oleh :)

(Continued in part 2)